Satu lagi karya film yang menceritakan tentang Muhammadiyah, film yang berjudul Meniti 20 Hari, karya Sutradara Arimas Seniman dan Budayawan Muhammadiyah mengisahkan perjalanan dakwah Ar. Fachrudin yang merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah, ketika melakukan perjalanan dakwah dari Kota Palembang ke Kota Medan bersama dengan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) pada tahun 1939, dengan mengambil syuting di Palembang, Sri Mulyani dari GEMA UHAMKA mewancarai Akhlanudin yang belakangan ini diketahui juga merupakan salah seorang penggiat Budaya dalam kapasitas nya sebagai Ketua Dewan Kesenian Belitung tempat lahir nya Film Laskar Pelangi yang menceritakan Sekolah Muhammadiyah di Belitung Timur, berikut petikan wawancara nya :
Satu lagi karya dari warga Muhammadiyah yakni film “Meniti 20 hari”, belakangan kami baru mengetahui bahwa Anda juga orang Belitung dan Ketua Dewan Kesenian Belitung, bagaimana pandangan Anda mengenai film ini :
Saya rasa ini memontum bagus, karena dengan demikian orang tahu Muhammadiyah itu gerakan nya luas, bukan hanya di bidang Sosial namun juga di bidang Budaya, Film yang secara nasional menceritakan tentang Muhammadiyah pernah lahir di Belitung dan menjadi Best Seller yakni “Laskar Pelangi” film ini menceritakan potret pendidikan Muhammadiyah di Gantung Belitung Timur, saya amat positif menyambut Film yang di adaptasi dari Novel Karya Andre Hirata ini yang secara langsung menjadikan Muhammadiyah dikenal dalam konteks Seni Budaya nya.
Tentang Film “Meniti 20 Hari”, bagaiaman pandangan Anda :
Film itu sama hal nya dengan Film Lasrkar Pelangi yakni tentang Pendidikan, mengisahkan perjalanan dakwah Ar. Fachrudin bersama Pandu HW, pak AR merupakan salah satu ketua Muhammadiyah terlama dalam sejarah, beliau pada tahun 1934, ia dikirim oleh Muhammadiyah untuk misi dakwah sebagai guru di sepuluh sekolah dan sebagai mubaligh di Talangbalai (sekarang Ogan Komering Ilir) selama sepuluh tahun. Dan ketika Jepang datang, ia pindah ke Muara Meranjat, Palembang sampai tahun 1944. Selama tahun 1944, Fachruddin mengajar di sekolah Muhammadiyah, memimpin dan melatih Hizbul Wathan, dan barulah ia pulang ke kampung halaman.
Jadi Film ini kembali mengisahkan perjuangan tokoh Muhammadiyah dan kiprah nya dalam memajukan karakter anak bangsa.
Anda orang Muhmammadiyah sekaligus sebagai Pengurus Pusat Ikatan Jurnalis Muhammadiyah, belakangan kami mengetahui bahwa Anda ternyata pelaku seni budaya paling aktif dengan menjadi Ketua Dewan Kesenian Belitung, bagaiamana pandangan Anda terhadap seni budaya Muhammadiyah.
Saya rasa sama dalam konteks marwah nya, di Belitung itu dikenal dengan adat Melayu, dalam diri orang Melayu memiliki identitas kepribadian pada umumnya yaitu adat-istiadat Melayu, bahasa Melayu, dan agama Islam. Dengan demikian, seseorang yang mengaku dirinya orang Melayu harus beradat-istiadat Melayu, berbahasa Melayu, dan beragama Islam. Maka dari itu jika diperhatikan adat budaya melayu maka tidak lepas dari ajaran agama Islam seperti dalam ungkapan pepatah, perumpamaan, pantun, syair, dan sebagainya menyiratkan norma sopan-santun dan tata pergaulan orang Melayu. Ciri khas Melayu Belitung itu tergambar jelas di Film Laskar Pelangi, bagaimana bentuk adat pendidikan Melayu dan mereka itu warga Muhammadiyah, dan seni budaya Muhammadiyah adalah Dakwah.
Laporan : Sri Mulyani
Editor : Hasbillah Hardi