[dropcap][/dropcap]
JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mendorong Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah seluruh Indonesia agar memberikan pelayanan sosial kepada siapapun. Yakni, pelayanan sosial tersebut tidak memandang suku, agama, ras atau golongan, sehingga pelayanan sosial Muhammadiyah dapat bersifat inklusif atau terbuka.
Dalam acara Rakernas MPS PP Muhammadiyah, di Cempaka Putih, Jakarta, Kamis siang (18/8), Haedar menceritakan asal mula PKU Muhammadiyah berdiri dan diresmikan Kyai Ahmad Dahlan dengan nama Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO). Hingga, PKO itu bertransformasi seperti sekarang yaitu Pembina Kesehatan Umum (PKU).
Peresmian ini dilakukan oleh Kyai Ahmad Dahlan pada 15 Februari 1923 yang berwujud klinik pengobatan gratis bagi siapa saja. Lalu, momen itu pun dijadikan hari kelahiran PKU Muhammadiyah.
Diketahui, peresmian PKU Muhammadiyah adalah tepat satu minggu sebelum KH Ahmad Dahlan meninggal dunia.
“Beliau dalam kondisi sakit, dan mamaksakan diri ketika meresmikan PKO hingga satu minggu kemudian meninggal dunia,” ujar Haedar.
Nilai juang yang dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan inilah yang diharapkan dihayati oleh para pengurus MPS. Selain itu, ia juga menuturkan, MPS sekarang harus bisa menggali dan mengelaborasi praksis fungsi pelayanan sosial yang lebih tajam lagi. Hal ini terkait realita yang ada di masyarakat terutama pada anak-anak terlantar dan kaum dhuafa yang tidak dapat menikmati kemajuan dan kesejahteraan.
Haedar menegaskan bahwa bertauhid itu bukan sekedar hablumminallah, namun juga harus diikuti pada nilai-nilai kemanusiaan atau hablumminannas. Ia juga mengingatkan, kemanusiaan merupakan hal yang sangat mendasar dari teologi Al-Maun.
”Jika panggilan sosial berdasar pada Al-Maun, maka akan punya komitmen dan daya jelajah yang tak pernah surut,” ucap Haedar di hadapan para pegiat sosial Muhammadiyah seluruh Indonesia itu.
Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar Rapat Kerja Nasional dan Konsolidasi Panti Asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah di Ballroom Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta. Kegiatan ini akan berlangsung selama empat hari pada Kamis hingga Ahad, 18-21 Agustus 2016.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, bagi Muhammadiyah, peran pelayanan sosial bukan sekedar bersifat administratif maupun tugas-tugas rutin yang sifatnya teknis. Tapi hal itu memiliki dimensi yang lebih taktis, yakni lebih berperan untuk menyelesaikan dan memberikan solusi dalam masalah sosial di masyarakat.
“Peran yang kita lakukan merupakan bagian dari panggilan dan komitmen dakwah Muhamamdiyah,” ujar Haedar saat memberikan sambutannya dalam acara ini. Haedar menuturkan, fungsi Majelis Pelayanan Sosial merupakan implementasi teologi Al-Maun. Dimana dalam bahasa ‘tarjih’ dikatakan sebagai fiqh kontekstual Al-Maun.
Menurut doktor sosiologi lulusan UGM ini, dalam beragama itu harus ada fungsi untuk membebaskan, memberdayakan dan memajukan umat manusia. Haedar kemudian mengupas hal diatas dari faktor sejarah. Pada masa Indonesia sebagai bangsa terjajah yang miskin dan bodoh, Kyai Ahmad Dahlan, saat itu, dapat melihat surat Al-Maun dengan sudut pandang imperatif teologis yang sangat tajam.
Bahkan surat tersebut diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan kepada muridnya berulang-ulang hingga tiga bulan agar muridnya dapat menemukan bahwa ayat ini merupakan ayat transformatif dan memberikan pencerahan.
Haedar menegaskan, seorang yang beragama, selain sholat, dia juga harus terpanggil membebaskan anak yatim dan kaum miskin. Sehingga menjadi insan yang mandiri, yang punya posisi sederajat dengan insan yang lain.
“KH Ahmad Dahlan bukan orang berpendidikan barat, maka Ini merupakan terobosan,” gugah Haedar kepada peserta Rakernas yang berasal dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Indonesia itu.
Menurut Haedar, atas dasar tersebutlah, maka Muhammadiyah lewat pelopornya Kyai Dahlan, telah melahirkan pembaharuan atau pranata sosial baru, yang lahir secara original dari agama Islam.
Sumber : MUHAMMADIYAH.OR.ID
Foto : Nurlina Rahman