Perhelatan Pilkada serentak 15 Februari 2017 telah memasuki babak strategi politik dalam perhelatan Pilkada kemenangan di panggung politik sangat ditentukan oleh dua faktor itu, yakni popularitas figur dan mesin politik, dus dukungan marketing politik yang andal.
Permainan dalam politik Pilkada, mesin politik dan popularitas figur merupakan dua variabel yang dipercaya sangat menentukan sukses tidaknya sang calon meraih tampuk kekuasaan. namun, ada sesuatu yang tidak terbantahkah bahwa selama ini, popularitas figur jauh lebih menentukan kemenangan politik ketimbang kerja mesin politik, meski bukan mutlak berlaku untuk setiap pilkada.
Mengapa? Karena jika popularitas figur kuat, maka mesin politik bisa dibangun dengan mudah. Bahkan, dengan mudah pula, seorang figur yang populer bisa mengikat massa politik untuk menggerakkan mesin politik, entah itu yang ada di parpol atau pun di luar parpol.
Jadi, kedahsyatan popularitas figur lebih tinggi pengaruhnya daripada mesin politik. Figur yang populer dan karismatik akan mampu menjelma menjadi alat komunikasi politik yang jitu dalam kerangka pemenangan politik.
Apalagi popularitas figur didukung oleh struktur pasar politik serta kebijakan publik yang memungkinkan. Figur yang pupuler sebagai “penjual” atau “market” politik dalam menawarkan visi, misi dan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat pemilih sebagai “pembeli” akan menentukan politik pada tawaran kebijakan yang pro-rakyat.
Dalam kehidupan demokrasi dengan sistem pemilihan oneman one vote, tidak dapat disangkal popularitas figur menjadi senjata yang ampuh bagi kemenangan pemilu dengan dukungan politik kebijakan sebagai perekatnya yang menggoda.
Program yang sederhana bisa menjadi istimewa, jika itu disampaikan secara heroik dan lewat narasi-narasi dan gaya bahasa politik yang memikat oleh sang figur. Sehingga, mampu menyedot selera politik rakyat.
Betapa pun hebatnya kebijakan yang ditawarkan kepada publik dengan strategi pemasaran politik yang tepat, tetapi jika sang figur tidak memiliki daya tarik, pesona, popularitas dan kharisma yang bisa menarik selera politik rakyat, maka semuanya akan terasa hambar, karena itu akan terasa sulit untuk mendapatkan “pembeli”-nya.
Tidak dapat dimungkiri juga bahwa dalam kehidupan yang demokratis seperti sekarang ini telah membuat elite politik menempuh jalur politik popularitas sebagai jalan utama untuk meraih dan merengkuh suara rakyat.
Meskipun popularitas figur lebih berpengaruh ketimbang mesin politik, tetapi peran mesin politik tidak bisa diabaikan. Di negara-negara demokratis, segala tema kampanye, beserta isu-isu politik yang menyentuh massa politik lebih berhasil jika itu dilakukan oleh mesin politik yang terorganisir dengan baik.
Artinya, lewat mesin politik yang sanggup membangun marketing politik yang baiklah visi, misi dan program kerja sang figur dapat diperkenalkan kepada rakyat. Beragamnya kesibukan masyarakat politik, hanya dapat dijangkau dan efektif lewat kerja mesin politik yang hebat dengan dukungan orang-orang profesional dalam kerja politik. Apalagi jika dilibatkan pula para konsultan politik yang memahami taktik dan strategi pemenangan.
Untuk itu, perlu dicatat bahwa meskipun dalam demokrasi dengan sistem pemilihan langsung, popularitas figur mengalahkan mesin politik, namun peran mesin politik entah itu di partai politik maupun lewat jalur independen, sangat signifikan dalam strategi pemenangan pertarungan memperebutkan kekuasaan.
Di samping itu, semakin prima dan berkualitas mesin politik akan semakin mudah bagi sang figur yang populer dan karismatik untuk meraih dan merengkuh kursi kekuasaan.
(Akhlanudin Pengamat Sosial Kemayarakatan, Ketua Dewan Kesenian Belitung, Pengurus Pusat Ikatan Jurnalis Muhammadiyah)