Tiga Faktor Pengubah Wajah Masa Depan Perguruan Tinggi di Indonesia

Perubahan terjadi secara unpredictable atau tidak dapat diprediksi. Namun menurut Prof. Suyanto, perubahan itu erat kaitannya dengan tren perubahan global dalam bidang teknologi dan revolusi digital.

“Masa depan itu tidak bisa diprediksi karena gejalanya sudah seperti apa yang disebut VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity). Ini perubahan yang tiba-tiba, mendadak, dan tidak tahu tiba-tiba ada,” ungkapnya pada (23/4) dalam Tadarus Ramadan 1442 H oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.

Perubahan yang cepat dan mengakar, serta menggantikan praktik-praktik hidup lama kemudian disebut dengan disrubsi. Bahkan, kata Prof Suyanto, perubahan itu acapkali tidak dirasakan manusia, namun terjadi secara tiba-tiba. Perubahan yang terjadi ini juga akan mengiring perubahan di perguruan tinggi (PT).

Faktor kedua yang mengubah wajah PT di Indoneisa adalah pandemi covid-19. Terjadinya perubahan juga didukung dengan terjadinya pandemi covid-19, fenomen ini bisa juga disebut sebagai lesson learned. Pandemi ini mengajari manusia untuk membentuk wajah perguruan tinggi di masa depan. Menurutnya, wajah perguruan tinggi di masa akan datang dihiasi jaringan-jaringan internet.

Selain itu, faktor ketiga sebagai pembentuk wajah perguruan tinggi Indonesia kedepan adalah kondisi internal Indonesia sendiri, meliputi regalusi dan praxis, termasuk juga sosial-ekonomi. Menurutnya, kebijakan yang dibuat oleh kementrian terkait seringnya top down, dan jarang sekali yang bersifat partisipatif.

“Kita ini katanya di 4.0 yang basisnya sudah jejaring. 2.0 saja kita sebenarnya belum selesai, tapi sudah melompat,” imbuhnya

Tantang pendidikan di era industri 4.0 dan society 5.0, serta disrubsi teknologi merupakan digantikannya peran manusia oleh mesin atau robot, termasuk Artificial Intelligence (AI). Ke depan, sebanyak 75 sampai 375 juta tenaga kerja global beralih profesi, dan 1,8 juta pekerjaan digantikan AI.

Leave a Reply