Manusia Telah Berlebihan Memanipulasi Alam

Manusia sering kali memanipulasi alam melalui teknologi modern. Banyak fakta kerusakan pada lingkungan terjadi karena pengelolaan manusia yang kurang tepat. Kesalahan ini berakar pada cara pandang antroposentrisme: menganggap bahwa alam beserta isinya merupakan sebuah instrumen ataupun alat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

Menurut Muhjidin Mawardi, cara pandang antroposentris menjadikan alam sebagai obyek benda mati yang berfungsi memenuhi kebutuhan manusia. Hal tersebut melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif dan merusak (destruktif) terhadap alam dan lingkungan. Dampak dari kesalahan ini mengakibatkan longsor, banjir, perubahan iklim, dan lain sebagainya.

“Karena itu, penyelesaian masalah lingkungan tidak cukup dengan teknis saintifik semata, diperlukan pendekatan yang komprehensif meliputi akhlak, dan pendidikan bagi seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat luas,” tutur Muhjidin Mawardi dalam Rakornas dan Silaturahmi Majelis Lingkungan Hidup pada Sabtu (5/6).

Cara pandang antroposentrisme melahirkan paradigma cartesian. Bagi Muhjidin Mawardi yang merupakan pakar bidang teknologi pertanian menerangkan bahwa paradigma cartesian ini di satu sisi berhasil mengembangkan sains dan teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, namun di sisi lain mereduksi kompleksitas kehidupan manusia dan merasa terpisah dari alam.

Dengan paradigma cartesian, materi ditempatkan sebagai dasar dari semua bentuk eksistensi. Hal ini yang kemudian menurut Guru Besar dari Universitas Gajah Mada ini melahirkan budaya materialistik dan koruptik. Budaya ini seringkali membenturkan antara agama dan sains, serta menempatkan alam bukan lagi sebagai makhluk ciptaan Tuhan

“Peradaban modern telah mencekoki manusia dengan paradigma keilmuan yang semu dan menganggap realitas alam ini berdiri sendiri yang tidak ada hubungannya dengan realitas empiris yang lain. Sains modern dengan dogma positivisme dan turunannya seakan menjadi instrumen yang tepat untuk mencapai kehidupan rasional,” ungkap Muhjidin Mawardi.

Bagi Muhjidin Mawardi penemuan teknologi itu sendiri telah paradoks sejak awal. Satu sisi sangat membantu untuk menyelesaikan segaia urusan dan kebutuhan manusia, namun di sisi yang lain sedikit demi sedikit memiliki sisi gelap yaitu menghancurkan manusia secara perlahan.

“Teknologi telah dijadikan Tuhan di peradaban modern dan selalu menjadi indikator kemajuan sebuah bangsa. Padahal, jika diamati lebih dalam, kemajuan teknologi di tangan orang-orang materialistik dan koruptik memiliki andil besar dalam kerusakan lingkungan,” tegas Muhjidin Mawardi.

Leave a Reply