Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade di cabor bulu tangkis nomor ganda putri, Senin (2/8/2021). Kedua atlet Indonesia ini menutup final Olimpiade Tokyo 2020
dengan menumbangkan wakil China Chen Qing Chen/Jia Yifan dengan kemenangan 21-19, 21-15 pada duel dua gim di Musashino Forest Sport Plaza.
Prestasi Greysia Polii dan Apriyani Rahayu sekaligus menorehkan catatan emas pada sejarah bulu tangkis Indonesia. Sebab, untuk pertama kali Indonesia meraih medali emas sejak ganda putri dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992.
Dikutip dari laman International Olympic Committee, asal-usul bulu tangkis tepatnya hingga saat ini belum jelas. Siapa penemu bulu tangkis pertama kali sebenarnya juga tidak diketahui.
Tetapi, catatan sejarah India kuno, China, dan Yunani sejak hampir 2000 tahun lalu mendapati adanya ada permainan yang melibatkan kok dan raket seperti bulu tangkis hari ini. Ini dapat diartikan, bulu tangkis berasal dari negara India, China, dan Yunani.
Pada abad pertengahan di Eropa, ada juga permainan mirip bulu tangkis yang bernama battledore and shuttlecock atau dayung dan kok. Permainan ini populer dimainkan oleh anak-anak. Pemain menggunakan dayung atau battledore untuk menjaga kok berbulu kecil di udara selama mungkin. Di samping itu, ada juga Jeu de Volant, permainan mirip bulu tangkis yang dimainkanbangsawan Eropa pada abad ke-17.
Olahraga bulu tangkis zaman dahulu tersebut berubah menjadi cabang olahraga yang diakui secara global saat berkembang di India. Hal ini bermula saat tentara Inggris belajar bermain permainan daerah tersebut saat diposkan di India sekitar tahun 1860-an.
Saat belajar permainan bulu tangkis dengan cara khas tradisional setempat, tentara Inggris ini membuat adaptasi mereka sendiri untuk olahraga. Adaptasi olahraga bulu tangkis yang mereka lakukan terutama dengan menambahkan jaring.
Tentara Inggris tersebut juga menyebut olahraga bulu tangkis sebagai “Poona” atau “Poonah”. Nama lain bulu tangkis tersebut diambil dari nama kota mereka bermarkas, yaitu Pune. Daftar aturan permainan bulu tangkis informal pertama dibentuk oleh penjajah Inggris di India pada tahun 1867.
Sementara itu, ada variasi bulu tangkis lain yang populer di bagian selatan India. Di sana, bulu tangkis tidak menggunakan kok, melainkan bola wol. Permainan ini dinamai bulu tangkis bola. Tentara Inggris di India juga memainkan bulu tangkis bola jika bermain di kondisi berangin atau sedikit hujan.
Tentara yang kembali ke Inggris dari India membawa permainan itu ke tanah air mereka. Permainan itu menarik perhatian mantan Duke of Beaufort. Pada 1873, Duke memperkenalkan permainan tersebut kepada tamunya di sebuah pesta rumput yang diadakan di rumahnya, Badminton House, di Gloucestershire.
Duke of Beaufort menyebut olahraga buku tangkis dengan ‘permainan Badminton’. Nama olahraga badminton digunakan hingga saat ini sebagai nama lain olahraga bulu tangkis.
Popularitas permainan bulu tangkis sejak saat itu melonjak pesat dan berkembang dari permainan di halaman menjadi permainan populer di klub. Bath Badminton Club, klub bulu tangkis pertama, dibentuk pada tahun 1877. Sepuluh tahun kemudian, klub tersebut menulis ulang aturan informal yang diciptakan di India. Aturan Bath Badminton Club menetapkan framework untuk bulu tangkis modern.
Sementara itu, Badminton Association of India (BAI) didirikan pada tahun 1899, enam tahun setelah Badminton Association of England (BAE), menjadi salah satu badan pengatur bulutangkis tertua di dunia.
The International Badminton Federation (IBF) didirikan pada tahun 1934 sebagai badan pengatur dunia untuk olahraga ini. Federasi ini berganti nama menjadi Badminton World Federation (BWF).
Bulu tangkis menjadi bagian dari Olimpiade Musim Panas di Barcelona 1992 Games dengan nomor tunggal putra, ganda putra, tunggal putri, dan ganda putri ditambahkan ke dalam daftar. Pada tahun 1996, ganda campuran ditambahkan ke dalam daftar.
Pada Olimpiade Barcelona 1992, Susy Susanti dan Alan Budikusuma menyumbang emas untuk cabang olahraga bulu tangkis Indonesia lewat nomor tunggal putri dan tunggal putra. Pada Atlanta 1996, medali emas diraih ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky.
Empat tahun kemudian di Olimpiade Sydney 2000, ganda putra kembali meraih emas, kali ini giliran Candra Wijaya/Tony Gunawan. Di Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat memperpanjang sejarah emas bulu tangkis Indonesia tersebut.
Markis Kido/Hendra Setiawan selanjutnya sukses meraih emas di cabang bulu tangkis di Olimpiade Beijing 2008.
Sejak resmi masuk sebagai cabang Olimpiade pada 1992 tersebut, hanya sekali Indonesia pulang tanpa membawa medali. Hal itu terjadi pada Olimpiade London 2012
Saat itu, capaian terbaik wakil Indonesia diraih Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad yang kalah di perebutan medali perunggu. Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, tradisi emas kembali dipertahankan Owi/Butet.