Muhammadiyah terus mengembangkan sayap pergerakkan ke seluruh dunia, tak terkecuali negara Thailand. Muhammadiyah di Thailand sejatinya telah hadir sejak lama, namun secara resmi berdiri baru 7 Mei 2021 kemarin. Berdiri dalam masa pandemi ini tentu menjadi tantangan sendiri bagi PCIM Thailand mengembangkan gerakan Muhammadiyah dan program-programnya.
Chandra Kurnia, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Thailand mengatakan di masa pandemic ini Muhammadiyah Thailand sudah menjalankan tiga program.
Pertama, sosialisasi beasiswa dari kampus-kampus yang ada di Thailand. “Kami undang perwakilan-perwakilan yang mendapatkan beasiswa dari kampus dari Thailand untuk sharing sedikit. Ada tiga kampus kemarin, yang sudah di share,”tuturnya saat dihubungi redaksi muhammadiyah.or.id, Ahad (29/8).
Kedua, penyelenggaraan webinar tentang kesehatan terkait dengan covid, bekerjasama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Ketiga, penyelenggaraan kajian rutin bulanan. “Jadi ini program pertama dari majelis tabligh. insyaAlah hari ini ada kajian keilmuan bersama dengan doktor wawan membahas tentang pemunduran waktu subuh. Kedepanya nanti akan ada beberapa program yang lain, tetapi untuk saat ini baru itu yang bisa kami laknsanakan,”jelasnya.
Melihat program yang telah berjalan, Chandra mengungkapkan bahwa Muhammadiyah Thailand sudah cukup berkembang. “Secara umum Muhammadiyah di Thailand sudah cukup berkembang menurut saya. Kami berdiri di tanggal 7 Mei 2021 dan dilantik pada tanggal 3 Juli 2021 . Namun pada dasarnya di sini sudah ada dua organisasi yang beraviliasi dengan Muhammadiyah yang sedang digalakan oleh warga negara Thailand. Yang pertama adalah Muhammadiyah foundation, ini yang didirkan oleh dokter Yuni Dahlan, salah satu cucu dari KH Ahmad Dahlan yang sekarang sudah tinggal dan bekerja di Thailand,” jelasnya.
Lalu yang kedua adalah Muhammadiyah Asosiation In Thailand. Ini juga organisasi yang berdiri oleh dokter Abdul Hafidz hile. Ia adalah alumni dari UNY dan sempat belajar dari Buya Syafi’I Maarif ketika masih di Indonesia.
Chandra juga bercerita bahwa kehadrian Muhammadiyah di Thailand diterima dengan baik. “Alhamdulillah kami diterima dengan baik dari warga negara Indonesia yang ada di Thailand. Sedangkan untuk afiliasi lain yang berafiliasi dengan Muhammadiyah yaitu Muhammadiyah Foundation dan Muhammadiyah Asosiation In Thailand keduanya juga sudah mulai berkembang,” kata dia.
Kalau Muhammadiyah Foundation itu lebih ke pendidikan. Itu sekarang sedang mendirikan bangunan untuk ntuk lokasinya ada di Samut Sakhon, fokusnya nanti akan di pendidikan. Sedangkan kalau yang Muhammadiyah Asosiation In Thailand ini memang fokusnya lebih ke dakwah.
Semenjak pandemic ini, menurut Chandra sangat sulit untuk kajian offline sehingga bisa menjadi peluanhg kami umtuk bisa menghadirkan pembicara secara online dari berbagai kalangan sehingga bisa menarik para simpatisan maupun kader untuk ikut kajian.
Untuk kader Muhammadiyahh, rata-rata yang sudah ada di PCIM Thailand itu rata-rata adalah orang-orang yang memang berafiliasi dengan Muhammadiyah sebelum mereka datang ke Thailand. Ada yang dosen, ada yang mahasiswa, atau yang dulunya ikut IMM kita ajakin untuk gabung di PCIM Thailand,” paparnya.
Di awal perkembangan ini Chandra mengemukakan bahwa secara umum tantangan dakwah yang dihadapi itu lebih kepada perbedaan budaya dan jumlah muslim di Thailand yang minoritas.
Hadirnya Muhammadiyah, khususnya di Thailand saya lihat cukup diterima dengan baik. Kalau PCIM itu lebih kepada warga negara Indonesia di Thailand. Sedangka kedua organisasi lain, yaitu Muhammadiyah Foundation dan Muhammadiyah Asosiation In Thailand memang sangat saya lihat sudah lebih besar dan diterima juga oleh warga negara Thailand, terutama yang Muslim,” tutupnya.
Jejak Langkah Muhammadiyah Thailand tersebut sejatinya akan terus diharapkan berkembang maju untuk mengibarkan nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah di sana.
sumber : Muhammadiyah.or.id