Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) turut mendukung gerakan literasi digital yang dilakukan Kemdikbudristek guna menuntaskan Buta Aksara di Indonesia.

Dukungan tersebut disampaikan dalam webinar Puncak Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) pada Tingkat Nasional 2021 yang bertema “Literasi Digital untuk Indonesia Bangkit.”

Direktur Aptika Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, strategi pemerintah untuk mendukung literasi digital diawali dengan percepatan pembangunan internet.

“Terkait percepatan pembangunan jaringan internet di Indonesia, ada program desa yang bisa mendapatkan layanan 4G yakni sebanyak 12.500 titik dan akan memfokuskan daerah-daerah 3 T (tertinggal, terdepan, terluar),” terangnya saat menyampaikan presentasi webinar yang disiarkan YouTube Kemdikbud RI, Rabu (8/9).

Selain itu, Semuel juga menjelaskan bahwa pemerintah baru saja memesan satelit untuk diluncurkan. Hal itu penting dilakukan karena Indonesia merupakan negara kepulauan.

Nantinya akan ada 3 satelit yang mulai diluncurkan pertama pada 2023. Kemudian satelit kedua akan diluncurkan 2024 dan ketiga diluncurkan tahun 2026.

Menurutnya, hal itu bertujuan agar semua masyarakat bisa mendapatkan akses yang sama. Namun, untuk sementara waktu pemerintah juga sudah menyediakan wifi di beberapa daerah sebagai layanan komunal.

“Apabila di daerah tertentu belum ada, maka akan dipasang wifi. Program ini ada di BAKTI layanan Kominfo. Wifi ini bisa diakses jika ada permintaan atau kerja sama dengan Kemdikbud lalu bisa dibicarakan dengan BAKTI,” pungkasnya.

Sementara itu, dalam webinar Puncak HAI 2021, Mendikbudristek Nadiem Makarim juga menyampaikan pentingnya literasi untuk menghindari risiko negatif yang mungkin terjadi pada era digital.

“Pada satu sisi teknologi bisa meningkatkan efektivitas pekerjaan, tapi di sisi lain ada risiko negatif. Terutama jika tidak diimbangi dengan kecermatan,” terangnya.

Menurut Nadiem, terdapat risiko negatif yang sangat rentan dengan dampak jangka panjang yang tinggi. Risiko tersebut contohnya adalah hoaks dan kekerasan berbasis online.

Oleh karena itu, untuk menghadapi teknologi yang akan terus berkembang dan tidak bisa dibendung di masa depan, diperlukan cara untuk menyeimbangkan antara kecepatan dan kecermatan.

“Cara untuk menyeimbangkan antara kecepatan dan kecermatan yaitu dengan meningkatkan literasi digital. Khususnya untuk anak anak pendidikan usia dini, sekolah dasar, dan sekolah menengah,” tutur Nadiem.

Leave a Reply