Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan, terhadap sebanyak 12 Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Kabupaten Tangerang, Banten, berhenti beroperasi atau ditutup karena ketiadaan murid bukan fenomena baru yang terjadi selama pandemi Covid-19 selama 2 tahun terakhir ini. Akan tetapi, sejak kebijakan penerimaan peserta didik baru (PPDB) berbasis zonasi dan afirmasi.

“Mereka (orang tua) berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah negeri karena gratis apalagi ada PPDB zonasi dan afirmasi,” kata Satriwan saat dihubungi  Minggu (12/12/2021).

Menurut Satriwan, tantangan sekolah swasta ke depan adalah bertahan di tengah bertumbuhnya sekolah-sekolah negeri akibat tingginya animo orang tua masuk ke sekolah negeri.

Selain itu, kondisi pandemi juga menyebabkan banyak orang tua siswa yang kesulitan bahkan tidak mampu membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) sehingga memperburuk kondisi keuangan internal sekolah atau yayasan swasta. Kondisi tersebut berdampak kepada sekolah swasta menengah ke bawah, swasta pinggiran dan swasta kecil.

 “Mereka akan kesulitan juga mendapatkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) sebab tak ada murid yang masuk,” ucapnya.

Oleh karena itu, Satriwan menuturkan, P2G mengusulkan agar sekolah swasta yang terpaksa tutup ini diakuisisi saja oleh pemerintah daerah (pemda), lalu dijadikan sekolah di bawah pemda. Sedangkan gurunya dapat saja dijadikan pegawai di bawah pemda atau honorer pemda daripada mereka harus mencari pekerjaan lain.

Menurutnya, sekolah swasta menengah ke bawah dan sekolah pinggiran harus dipetakan oleh pemda, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Agama (Kemenag). Pasalnya, P2G memperkirakan setiap daerah angka sekolah/madrasah swasta yang tutup pasti banyak.

“Setelah dipetakan kondisinya, maka pemda, Kemendikbudristek dan Kemenag harus lakukan intervensi baik secara manajerial maupun finansial. Bagaimana pun juga sekolah/madrasah swasta yang terpaksa tutup ini pernah berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa,” ucapnya.

Dikatakan Satriwan, tantangan sekolah swasta umumnya adalah harus mampu bersaing dengan sesama sekolah swasta unggulan dan sekolah negeri. Sekolah swasta harus punya keunggulan kompetitif dibandingkan sekolah yang lain.

“Mau tak mau kebutuhan akan pelayanan prima, inovasi pembelajaran, kreativitas guru, tawaran ekosistem sekolah yang menjanjikan pada anak dan orang tua mutlak dipenuhi bagi sekolah swasta jika ingin tetap bertahan, di tengah pilihan sekolah swasta yang makin menjamur,” kata Satriwan.

Lanjut dia, di sisi lain, pemda atau Kemendikbudristek juga perlu menata dan mengatur kembali sistem perizinan pembukaan sekolah swasta oleh masyarakat harus diperketat mempertimbangkan mutu dan kualitas sekolah tersebut.

Sumber: BeritaSatu.com

Leave a Reply