Salah satu pilar ajaran Islam adalah cinta kasih. Dalam Alquran, pilar itu terangkum dalam konsep ‘rahmat’, demikian ungkap Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal.
Dalam Kajian Kamis Pagi di Youtube Majelis Tabligh Muhammadiyah Kamis (3/2), Fathurrahman memulai dengan penjelasan ayat ke-12 Surat Al-An’am.
Ayat itu menjelaskan bahwa sifat cinta kasih adalah bagian dari sifat wajib dari dzat Allah Swt yang kemudian dijabarkan lewat konsep ‘ar-rahman’ dan ‘ar-rahim’.
“Di dalam Hadis Qudsi, Allah Swt, membentangkan kasih sayangnya di malam hari agar orang-orang yang berdosa di malam hari segera bertaubat. Demikian juga Allah membentangkan kasih sayang di siang hari agar mereka yang berdosa di malam hari kembali pada Allah Swt,” ungkapnya.
Agungnya cinta kasih Allah Swt lalu dijabarkan dalam Surat Az-Zumar ayat ke-53, yang menjelaskan bahwa para pendosa besar dilarang berputus asa dalam bertaubat karena ampunan Allah lebih luas.
Fathurrahman, kemudian mengutip sebuah hadis riwayat Abu Sa’id al-Khudri tentang diampuninya pelaku kriminal yang telah membunuh 99 orang dan mati dalam keadaan bertaubat.
“Inilah makna dari surat Al-A’raaf ayat 156, wa rahmati wasiat kullu syai’ (dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu),” terang Fathurrahman. Hal ini dipertegas dengan Hadis Qudsi yang menyatakan bahwa rahmat Allah mendahului murka-Nya.
Dalam sikap Nabi Muhammad Saw, ajaran cinta kasih ditampilkan pada banyak hal. Salah satu contohnya adalah ketika seorang Arab Badui yang tidak berpengetahuan agama datang ke Masjid Nabi dan kencing di dalamnya.
Ketika semua sahabat marah besar, Nabi Muhammad justru memaafkan, memberi penjelasan kepada Badui dan memerintahkan para sahabat untuk membersihkan bekas kencing tersebut.
“Respon Nabi sangat mulia dan mengatakan kalian ini sahabat diutus sebagai delegasi Tuhan yang memberikan kelapangan pada manusia, bukan orang-orang yang menyulitkan orang lain,” jelas Fathurrahman.
Hadis-hadis lain terkait teladan cinta kasih juga nampak misalnya pada hadis terkait lelaki miskin yang berhubungan badan di siang hari bulan Ramadan namun tidak mampu membayar hukuman dan dimaafkan Nabi
Atau juga pada hadis permintaan perempuan pezina ataupun lelaki pezina yang ingin dirajam oleh Nabi, sementara mereka mengabaikan isyarat Nabi untuk mengambil keputusan lain di luar rajam.
Hadis terakhir yang dibawakan oleh Fathurrahman adalah perkataan Nabi bahwa siapa yang tidak berlaku kasih sayang, maka dia mendapatkan balasannya yaitu tidak dikasihi oleh makhluk lain.
“Di sinilah kemudian ulama kita As Sa’di menyebut hadis ini man la yarham, la yurham, orang yang tidak dapat mengasihi orang lain, tidak dapat dikasihi oleh orang lain atau oleh Allah Swt,” pungkasnya.
Sumber : Muhammadiyah.Or.Id