Praktisi wisata halal sekaligus Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Heri Zudianto menyebut bahwa wisata halal memiliki banyak prospek, akan tetapi sering salah dalam pemasaran.

Akibat salah pemahaman dan salah dalam memahamkan, munculah perspektif bahwa wisata halal itu hanya dikhususkan bagi muslim dan menjadi serba repot bagi wisatawan non-muslim. Padahal wisata halal merupakan wisata tambahan yang menjadikan objek wisata itu muslim friendly.

Heri kembali menegaskan, bahwa wisata halal itu hanya tambahan sehingga wisatawan muslim menjadi nyaman tanpa mengurangi hal-hal yang sifatnya universal. Oleh karena itu, terkait salah paham dan salam dalam memahamkan adalah pekerjaan rumah untuk diselesaikan bersama.

“Jadi tidak harus di mana-mana penuh dengan simbol Islam, kaligrafi-kaligrafi, ayat-ayat Qur’an,” tutur Heri di acara Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada (11/2) yang diselenggarakan secara daring.


Dalam konteks rumah sakit syar’I, kata Heri, bukan hanya soal-soal penggunaan simbol-simbol Islam, misalnya di setiap pintu kamar dipasang tulisan atau potongan ayat. Tapi lebih dalam dari sekedar simbol, karena lebih kepada pelayanan yang sesuai dengan etos Islam, termasuk dalam penyediaan jenis-jenis makanan.

Hal itu juga berlaku pada pelayanan hotel yang muslim friendly. Termasuk dengan resto atau tempat makan, resto halal bukan berarti menjadikan konsumen non-muslim menjadi terganggu.

“Saya lebih condong berbicara halal itu baik untuk industri maupun wisata itu lebih muslim friendly, yok kita ciptakan wisata yang muslim friendly,” imbuhnya.

Seni marketing dalam mengarusutamakan wisata halal, menurut Heri adalah bagian dari seni dakwah yang mestinya diambil atau dijalankan oleh orang Islam. Terlebih ini menyangkut dengan fasilitas penyediaan tempat ibadah. Menurutnya, tidak harus dengan secara langsung meminta diberi fasilitas ibadah tempat wisata, tapi cara pendekatannya melalui seni marketing.

“Di samping restoran bapak – ibu ada makanan halal, kemudian di situ ada tempat sholat yang bagus dan sebagainya pasti orang lebih banyak yang datang ke sini. Kenapa ? karena orang bicara akan berkata saya berlama-lama di sini tidak apa-apa, nabrak isya’ tidak perlu cepat-cepat pulang karena bisa sholat di sini,” tutur Heri tentang cara komunikasi marketing.

Sumber : Muhammadiyah.Or.Id

Leave a Reply